Laporan: Wahyu W
WONOSOBO | SUARAGLOBAL.COM — Dalam kunjungan resmi ke Kabupaten Wonosobo, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah, Tejo Harwanto, meninjau langsung pembudidayaan Domba Wonosobo (Dombos) yang semakin mendapat perhatian setelah didaftarkan sebagai produk Indikasi Geografis, Kamis (15/08/24). Kunjungan ini bertujuan untuk melihat lebih dekat keunikan dan potensi ekonomi dari Dombos, yang diyakini memiliki nilai komersial dan budaya yang tinggi.
Kakanwil didampingi oleh Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan HAM, Anggiat Ferdinan, serta beberapa pejabat lainnya. Mereka disambut hangat oleh para peternak Dombos yang dengan antusias memperlihatkan proses pemeliharaan domba yang memiliki karakteristik unik ini.
Selama kunjungannya, Tejo Harwanto banyak berdialog dengan para peternak, menggali informasi tentang potensi ekonomis dari Dombos. Ia menanyakan tentang bagian-bagian Dombos yang dapat dikelola selain bulu, seperti daging dan limbah organik yang bisa diolah menjadi pupuk. Tejo juga menyoroti pentingnya menjaga kualitas dan keaslian Dombos sebagai produk asli Wonosobo yang memiliki Indikasi Geografis.
"Yang paling penting adalah bagaimana menjaga kualitas dan keaslian Dombos sebagai salah satu potensi Indikasi Geografis. Artinya sekalipun Dombos ini sudah banyak dibudidayakan di daerah lain, namun daerah aslinya kan dari sini. Jadi kualitas Dombos di sini harus terus dipelihara," tegas Tejo.
Menurutnya, keaslian produk yang terdaftar dalam Indikasi Geografis adalah faktor pembeda yang dapat meningkatkan nilai ekonomi. Dengan demikian, Dombos diharapkan dapat segera diakui secara resmi sebagai Indikasi Geografis dari Kabupaten Wonosobo, yang nantinya akan membawa banyak manfaat bagi masyarakat setempat.
Kunjungan ini juga mencakup peninjauan kerajinan tangan berbahan dasar Dombos yang dipamerkan di Taman Kuliner dan Creative Center Kabupaten Wonosobo. Produk-produk ini menampilkan kekayaan budaya dan kreativitas masyarakat Wonosobo dalam memanfaatkan sumber daya lokal.
Dombos, yang awalnya dikenal dengan nama Domba Texel, telah resmi dinamai Domba Wonosobo atau Dombos sejak tahun 2006, sesuai dengan keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dengan bobot yang bisa mencapai 100 kg, Dombos jauh lebih berat dibandingkan domba ekor gemuk atau domba ekor tipis. Tenaga yang kuat dan kemampuan menarik kereta menjadikan Dombos sangat istimewa. Selain itu, Dombos juga menjadi Sumber Daya Genetik Hewan (SDGH) Kabupaten Wonosobo, menawarkan peluang tambahan bagi petani dalam bentuk penjualan daging dan pupuk organik dari limbahnya.
Sebagai salah satu rumpun ternak lokal Indonesia yang diakui secara resmi berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor 2915/Kpts/OT.140/6/2011, Dombos tidak hanya memperkaya kekayaan hayati Indonesia, tetapi juga menjadi ikon kebanggaan bagi masyarakat Wonosobo. Kunjungan Kakanwil ini diharapkan dapat semakin memacu pengembangan Dombos sebagai aset penting bagi perekonomian lokal. (*)